KEEROM– Paguyuban Pasundan 1913 Papua, Minggu (27/06) di Padepokan Pasundan “Nandi Suprihatna” Arso I Keerom, menggelar Silaturahmi, diwarnai dengan menyerahkan tali asih berupa 33 bingkisan sembako untuk para sesepuh urang Sunda di Kab. Keerom.
Ketua Paguyuban Pasundan 1913 Wilayah Papua Dr. H. Entis Sutisna, SE.,MM. mengatakan, tali asih untuk para sesepuh ini merupakan bentuk kepedulian pengurus Paguyuban Pasundan 1913 Wilayah Papua untuk para orang tua yang ada di Keerom.
“Saya mewakili pengurus wilayah mengucapkan terima kasih untuk acara silaturahmi, dan ini akan kami lanjutkan ke cabang-cabang yang lain. Sedikit bingkisan ala kadarnya, semoga memberi manfaat untuk bapak/ibu penerima bingkisan,” katanya.
Paguyuban Pasundan 1913 di Papua, secara resmi terbentuk November 2020 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Paguyuban Pasundan di Bandung.

Dr. H. Entis Sutisna, SE.,MM.
“Hingga tahun 2020 tercatat ada jutaan anggota Paguyuban Pasundan, baik yang tersebar di seluruh Indonesia maupun mancanegara, ada 41 cabang, 626 anak cabang , dan 9 kemitraan dibeberapa provinsi di Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Polandia,” jelas Dr. H. Entis Sutisna, SE.,MM, yang juga Direktur Utama PDAM Jayapura.
Kehadiran Paguyuban Pasundan Papua, harus bisa menyesuaikan dengan kultur atau budaya lokal yang ada, toleransi dan bekerjasama.
“Syukur Alhamdulilah pada saat ini eksistensi urang Sunda di Tanah Papua dapat membaur dan beraktivitas di Tanah Papua dengan baik,” katanya.
Keguyuban kita di Tanah Papua, lanjutnya, sudah tentu modal bagi kita semua untuk membangun ekonomi di Tanah Papua dengan prinsip silih asih,silih asah, dan silih asuh bengkung ngariung, bongkok ngaronyok kacai jadi saleuwi ka darat jadi salogak yang artinya saling mengasihi, mengasah atau mengajari dan mengasuh hingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketenteraman dan kekeluargaan, bersama-sama dalam suka dan duka,selalu kompak dalam satu visi bersama-sama mencapai tujuan.
“Hal ini sejalan dengan motto Paguyuban Pasundan Nyunda, Nyantri, Nyakola, Nyantika,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengajak, mari kita buat paguyuban ini menjadi tempat menghimpun kekuatan warga Sunda untuk menyampaikan ide dan kemampuan dalam berkarya.
“Sungai boleh mengering, air laut boleh surut, tapi mempertahankan harga diri dan cita-cita adalah perjuangan panjang dan tak berjangka. Pagar tanaman kita jangan dipindahkan orang, sawah ladang kita jangan diambil orang. Saatnya kita bangkit memberi peran positif di Tanah Papua.” pungkasnya.**