JAYAPURA – Inflasi Papua sebesar 7,27% (yoy) pada triwulan III tahun 2022, lebih tinggi jika dibandingkan pada triwulan II sebesar 5,59%.
Laju inflasi Papua tertinggi ke-8 tingkat nasional. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kantor Perwakilan BI Papua, Juli Budi Winantya, saat acara Temu Responden Bank Indonesia yang diselenggarakan di Aula BI Papua, pada (13/12).
Menurut Juli, tingginya laju inflasi Papua dipengaruhi oleh dampak perekonomi global dan permasalahan struktural.
“Penyumbang inflasi disebabkan oleh bahan pangan yang didatangkan dari luar Papua dan sektor transportasi,” kata Juli.
Sebagai catatan penyumbang inflasi tertinggi kelompok makanan, minuman dan tembakau; dan kelompok transportasi dengan andil masing-masing sebesar 2,98% (yoy) dan 2,35% (yoy).
Sementara itu dari sisi komoditas, inflasi terutama disebabkan oleh komoditas angkutan udara dan bensin akibat tingginya kenaikan harga minyak dunia dan tingginya permintaan. Kenaikan harga bahan bakar avtur yang mencapai 73,09% (yoy) sejak akhir tahun lalu mendorong harga komoditas angkutan udara.
Untuk itu, BI Papua mendorong sinergi lintas sektor dan lintas instansi serta inovasi untuk memperkuat struktur ekonomi. Inovasi yang dimaksud yakni mendorong sumber ekonomi baru bidang pertanian, perikanan, pariwisata, ekonomi kreatif, menumbuhkan UMKM, mengendalikan tekanan inflasi, mendorong digitalisasi dan ekonomi berwawasan lingkungan.
“Digitalisasi wajib dilakukan untuk akselerasi dan mendorong ekonomi hijau,”papar Juli Budi Winantya.
Lebih lanjut Juli menyampaikan pesan BI menatap ekonomi Papua dan Indonesia 2023 untuk waspada sekalipun perekonomian internasional bergejolak, tetapi tetap optimis untuk bangkit dan bertahan. (ika)