JAYAPURA-Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua, Alberth Ali Kabiay mengimbau kepada para tokoh agama (Hamba Tuhan) di Papua untuk tidak berpolitik praktis. Hal ini untuk menciptakan kondisi kedamaian dan keamanan bagi masyarakat.
Menurutnya, agama jika sudah dibalut dengan jubah politik akan menimbulkan pembohongan publik dan penggiringan opini. Bahkan, agama jika dipakai dalam rangka memperjuangkan suatu ideologi dan digabungkan dengan rangkaian aksi-aksi proxy war, akan sangat berbahya bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
“Sungguh dramatis jika agama sudah terkontaminasi politik, tentunya rakyat akan menjadi korban dari berbagai intrik. Apalagi beberapa tokoh agama di Papua disinyalir telah ikut dalam arus politik praktis bahkan turut serta memainkannya,” kata Kabiay kepada Bintang Papua, Rabu (6/5) siang.
Kabiay memandang, seorang hamba Tuhan wajib menyampaikan pesan positif, bermoral, bermakna dan menyejukkan kepada para umatnya. Hamba Tuhan harus menggerakkan hati umatnya untuk memahami serta saling mengasihi antara sesama manusia tanpa membedakan agama, golongan, suku, dan ras.
Kabiay mengisahkan pengalamannya sewaktu mengikuti ceramah seorang pendeta yang namanya sudah familiar di kalangan masyarakat Papua, dalam acara ibadah di salah satu gereja di Pos 7 Sentani, medio 2013 lalu.
Dalam ceramah, pendeta itu menyerukan kepada jemaatnya untuk menolak orang dari luar daerah yang datang mencari penghidupan ke Tanah Papua. Perbedaan warna kulit dan agama menjadi alasan pendeta tersebut menyampaikan pesannya kepada jemaat.
“Seketika hati saya seperti mati rasa. Walau pun saya bukan seorang hamba Tuhan tetapi yang saya tahu tidak ada satupun ajaran agama yang mengajarkan umatnya untuk membenci sesama manusia,” ujarnya.
Meski demikian, Kabiay mengajak seluruh masyarakat Papua untuk saling mengasihi satu sama lain tanpa melihat perbedaan. Ia pun meminta masyarakat untuk menjaga toleransi, kedamaian, dan keamanan di Bumi Cenderawasih.(tambunan)
