BerandaKilas PapuaPengelolaan Tugu Mac Arthur alangkah baiknya dialihkan ke Pemkab Jayapura

Pengelolaan Tugu Mac Arthur alangkah baiknya dialihkan ke Pemkab Jayapura

JAYAPURA – Aset peninggalan situs sejarah di Papua cukup banyak, tapi sayang beberapa diantaranya tidak ada perhatian dari pemerintah, seperti situs sejarah perang dunia ke II Tugu Mac Arthur di Rindam Ifar Gunung Sentani Kabupaten Jayapura.

Direktur Perusahaan Daerah Baniyau Izak Hikoyabi mengatakan, alangkah baiknya asset peninggalan situs sejarah perang dunia ke II ini oleh provinsi Papua pengelolaannya dialihkan ke pemerintahan terdekat yaitu Kabupaten Jayapura.

“Peninggalan situs sejarah di Tanah Papua cukup banyak, ini sangat menarik perhatian turis asing maupun domestik, salah satunya Tugu Mac Arthur,” katanya, Rabu (18/01) di Sentani.

Tugu Mac Arthur ini situs sejarah perang dunia ke II, dimana tahun 1942 – 1945 pasukan Mac Arthur ada di Jayapura dan sekitarnya dalam menjalankan aksi sekutunya.

“Namun beberapa kali kami dapat informasi dari masyarakat yang mengelola situs tersebut, seperti ada pembiaran kurang diperhatikan dari dinas terkait di provinsi,” katanya.

Oleh karena itu, alangkah baiknya mungkin juga perlu melihat aturan pelimpahan asset, misalnya dari pemerintah provinsi bisa dilimpahkan ke Kabupaten Jayapura, mungkin lebih baik juga, supaya penanganannya lebih terurus dengan baik oleh dinas di kabupaten, dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Jayapura.

“ Hal ini penting, karena asset ini punya daya tarik punya nilai ekonomi, kalau kita kelola dengan baik, tentu ada pemasukan ada sumber pendapatan bagi daerah di kabupaten Jayapura dan Provinsi Papua,” ujarnya.

Ia berharap,  nanti dari Dinas Pariwisata Provinsi Papua dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Jayapura berkoordinasi berkomunikasi.

“Kami juga akan melakukan dialog, supaya asset di Rindam ini asset situs bersejarah  dikelola oleh pihak swasta dalam hal ini perusahaan daerah, itu bisa kami bagi hasil,  bisa kami serahkan berapa persen ke provinsi berapa persen ke kabupaten,  juga presentase yang lain untuk perusahaan. Itu yang perlu saya lihat, karena ini salah satu situs terbaik dan termegah dalam kontek perang dunia,” jelasnya.

Pengelola Tugu Mac Arthur Melky Yakadewa mengakui,

sejak ia mengelola Tugu Mac Arthur tahun 2017 sampai sekarang nyaris tidak ada perhatian dari pemerintah.

“Untuk biaya pemeliharaan situs sejarah ini, termasuk untuk kebersihannya, itu semua uang nya dari  uang parkir pengunjung,” katanya.

Menurutnya pengunjung yang datang ke Tugu Mac Arthur tidak dikenakan tarif, hanya uang parkir saja, motor di kenakan Rp 10 ribu, mobil Rp 20 ribu, bis dan truk Rp 50 ribu.

“Uang parkir dikumpulkan untuk biaya pemeliharaan, seperti beli BBM untuk babat rumput, beli sapu penggaruk, beli air untuk kamar mandi dan keperluan lainnya. Disini hanya dikenakan parkir saja yang lainnya gratis, seperti toilet dan gazebo, kadang ada pengunjung yang berinisiatif menyumbang untuk kebersihan, ” terangnya.

Melky berharap pemerintah bisa memperhatikan tempat ini,  dan kembali dikelola dengan baik.

“Saya disini sukarela tidak ada gaji, jadi harapannya agar apa yang pernah dijanjikan oleh pemerintah yaitu SK kiranya kedepan bisa dijawab,” katanya.**

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer

Komentar Terbaru

error: Content is protected !!