JAYAPURA-Menyikapi situasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) yang terjadi belakangan ini di beberapa wilayah Papua, dimana telah terjadi kontak senjata antara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) dengan TNI/Polri, anggota Komisi I DPR Papua Nioluen Kotouki angkat bicara. Menurut Kotouki, sudah saat ini Pemerintah Pusat (Pempus) membuka atau melakukan dialog. Sebab, pendekatan militer dianggap tidak akan menyelesaikan akar masalah yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
“Masalah ini bukan masalah baru artinya lakukan tindakan persuasif atau dialog. Sampai kapan sih baku tembak terjadi, masalah tidak akan selesai dengan cara ini,” kata Nioluen Kotouki ketika menghubungi Bintang Papua, Minggu (8/3) kemarin.
Lanjut dia, jika pendekatan militer masih dilakukan, akan berdampak pada generasi Papua yang akan datang. Oleh sebab itu, tidak ada jalan lain selain dialog. “Pascabaku tembak ini kan pasti yang jadi korbannya masyarakat sipil. Jangan kita korban kan masyarakat sipil,” ujarnya.
Nioluen pun menyarankan, Pempus segera mencari format baru. Sebab masalah Papua bukan persoalan baru. “Tidak bisa hanya dengan pendekatan militer tapi dengan komunikasi atau dialog. Biar di dalam dialog semuanya bisa dibahas bersama-sama,” tuturnya.
Apalagi sambung Kotouki, Presiden Joko Widodo pernah menjanjikan akan melakukan dialog ketika pertama kali menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
“Dengan dialog pasti ada jalan keluar tapi, kalau begini terus sampai di generasi berikutnya Papua dalam kondisi darurat keamanan,” ucapnya.
Ditambahkannya, jika Papua masih berada dalam kondisi darurat militer, pembangunan yang dicanangkan tidak akan berjalan maksimal. Bahkan, akibat kondisi tersebut akan menimbulkan korban tidak hanya Orang Asli Papua (OAP) tetapi juga masyarakat nusantara.
“Pedagang dibunuh, tukang ojek ditembak itulah kondisi yang terjadi di beberapa daerah di Papua,” pungkasnya.(nik/yud)