JAYAPURA-Kurang maksimalnya fungsi irigasi di wilayah persawahan Kabupaten Merauke dikeluhkan petani. Oleh sebab itu, anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Papua, Mustakim HR meminta, Balai Wilayah Sungai Papua membenahi kembali irigasi di Merauke.
“Irigasinya lebih rendah dari sawah (sehingga) ini menjadi kendala petani di sana,” kata Mustakim ketika menghububgi Bintang Papua via selulernya,” Minggu(8/3).
Lanjut Mustakim, saat ini untuk memenuhi kebutuhan air, para petani di Merauke hanya mengandalkan tadah hujan.
“Oleh karena itu mereka minta pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam hal ini balai sungai untuk memperbaiki irigasi yang ada di sana,” ujar Mustakim.
“(Sehingga) mereka (Petani,red) tidak berharap lagi pada tadah hujan,” sambungnya.
Menurut Mustakim salah satu kelemahan tadah hujan adalah tidak bisa mengatur masa panen. Sebab, berpatokan pada musim penghujan saja.
“Sekarang tidak bisa atur. Yang terjadi tanam serentak panen juga serentak. Karena panen serentak harga beras menjadi murah. Sebab semua orang jual beras,” imbuhnya.
Ditambahkan, kendala lain yang di alami petani Merauke adalah tidak adanya mesin penjemur gabah. Para petani masih mengandalkan panas matahari untuk menjemur gabah yang dipanen.
“Waktu musim panen itu sudah musim penghujan oleh karena itu sulit untuk mengeringkan gabah,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dirinya berharap pemerintah membantu menyediakan pengering gabah. Sehingga beras yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
“Saat ini kan masih menggunakan cara tradisional, yakni menjemur di bawah sinar matahari. Padahal, Bulog memiliki kriteria ketika membeli beras dari petani,” pungkasnya.(nik/yud)