BerandaEkbisDampak Ekonomi Papua Akibat Freeport Lebih Besar Dibanding Corona

Dampak Ekonomi Papua Akibat Freeport Lebih Besar Dibanding Corona

JAYAPURA – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Naek Tigor Sinaga menegaskan, bahwa dampak perekonomian Papua karena Corona tak sebesar akibat penurunan produksi tambang PT Freeport yang belum pulih.

“Kami belum melihat akibat corona, jika dibandingkan dengan dropnya Freeport, karena posisinya kita belum tergantung dengan nilai ekspor luar negeri yang begitu besar ataupun impor Papua yang signifikan,” kata Naek kepada awak media soal dampak corona, Kamis (12/3)

Covid-19 atau virus corona ini tak secara signifikan mempengaruhi perekonomian Papua, yang sebagian besar dipengaruhi akibat hasil tambang dan infrastruktur.

” Di Papua, sektor pariwisata taķ secara massif mempengaruhi perekonomian Papua,” katanya.

Sehingga assesment BI Papua, atas pertumbuhan perekonomian Papua tanpa tambang di semester awal hampir sama dengan prediksi pemerintah pusat yaitu diantara 5,0 hingga 5,5 persen.

” Namun diakui, bahwa adanya pertumbuhan pembangunan infrastruktur PON 2020 menjadi titik positif mendongkrak maju perkonomian Papua non tambang lebih optomis lagi diatas 5,5 persen,” katanya.

Dikutip dari detikfinance, Bank Indonesia (BI) bahkan mengkaji ulang proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini. Sebelumnya pada rapat dewan gubernur (RDG) BI periode Februari 2020, bank sentral menurunkan proyeksi ekonomi menjadi 5%-5,4% lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya 5,1%-5,5%.
“Dengan merebaknya tadi (virus corona), kita harus hitung ulang. Sedang dalam proses, nanti akan kita umumkan di RDG ke depan, mungkin lebih rendah dari itu karena dampaknya lebih luas,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
Perry menjelaskan, saat ini sumber perekonomian harus diperkuat agar virus corona tak mengganggu fundamental perekonomian.
“Secara keseluruhan ekonomi kita tahan, tapi kita harus perkuat sumber ekonominya, sehingga bisa recover habis corona virus,” jelasnya.
Pada RDG bulan lalu, kata Perry, otoritas moneter melihat ekonomi domestik masih bisa tumbuh hingga 5,2%, dengan catatan sudah memperhitungkan risiko virus corona. Namun wabah Covid-19 yang semakin meluas hingga saat ini, membuat BI harus memperhitungkan kembali ekonomi Indonesia.(Sindung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer

Komentar Terbaru

error: Content is protected !!